Monday, October 20, 2014

Dia yang Murni Hatinya

Posted by Gigikucing at 7:54 AM
Tangannya sungguh ringan untuk meluapkan perasaan "terganggu"nya. Kala ada yang menyakiti perasaannya maka dengan mudah kedua tangannya melayang kepada anak yang membuatnya terganggu. Kesebelas teman sekelasnya pernah menjadi
korban "ringan tangan"nya. Hingganya semua teman sekelasnya memberikan cap khusus pada dirinya dengan sebutan "nakal". Padahal jauh didalam dirinya aku melihat dia selalu mengungkapkan kebenaran yang terjadi. Apakah sudah memukul, mencubit, mendorong, sampai mencakar teman sekelasnya. Dialah Zhio, seorang anak lakilaki berusia 3,9 tahun yang telah ditempatkan di kelasku, Taman Kanak-kanak kelompok A.

Memang dari segi usia, seharusnya dia ditempatkan di playgroup. Namun bundanya lah yang bersikukuh ingin menempatkannya di kelas A. Baiklah aku coba sebulan, dua bulan, dan pada bulan ketiga semua teman sekelasnya resmi memberikan Zhio cap "Nakal".

Belum tepat tiga bulan kurasa Zhio sudah mulai jarang sekolah. Saat aku tanyakan pada bundanya ternyata sungguh membuatku tak percaya. Bundanya berkata padaku seakan nyata kata-katanya adalah murni keluar dari bibir mungil Zhio.
"Zhio ngga mau sekolah, zhio malu sana temen-temen soalnya udah nyakar Rasya" ungkap Zhio lewat perantara bundanya.
Saat bundanya bertanya "Kenapa Zhio nyakar Rasya?", kemudian Zhio menjawab "Rasyanya cium cium Zhio ajaa terus Zhio ga suka spalnya Rasya bau ingusnya" ungkap Zhio.

Baiklah, kurasa hal tersebut memang sepele. Mereka masih anak-anak, dan mereka sangat mudah tuk saling memaafkan. Namun tidak bagi kedua orangtua mereka. Bunda Rasya tidak terima melihat wajah anaknya melintang bekas dicakar. Walaupun sudah aku obati. Namun tetap saja tidak terima melihat anaknya ada bekas luka cakaran.

Zhio.. Seminggu dua minggu kau tak masuk sekolah rasanya datar datar saja di kelas. Aku rindu tingkah polahmu. Rindu polosnya dirimu dan sungguh jujurnya dirimu. Namun kini di bulan ke empat Zhio resmi pindah sekolah. Entah apakah benar-benar pindah atau bahkan mungkin keluar dari sekolah.

Teringat saat berbaris, mungkin Zhio selalu ingin baris paling depan. Jadi saking depannya terkadang ia ada dibelakangku. Saat itu posisiku berdiri depan semua anak-anak untuk memimpin baris. Terlalu sering aku mengingatkannya untuk baris yang rapih seperti teman-temannya yg lain.

Lalu saat masuk kelas. Belum sampai sepuluh menit pasti Zhio sudah berpindah tempat, apakah itu dekat meja guru, keluar kelas, sampai taman bermain. Sampai pada akhirnya aku selalu mengunci kelas agar Zhio tak lagi keluar kelas. Terkadang suaraku meninggi saat berulang kali menyebut namanya. Barulah setelah itu dia mendengarkanku, namun tak lama kemudian dunianya lebih asik dari sekedar mendengarkanku. Tak selalu begitu memang, karena pada akhirnya saat aku genggam tangannya sambil memeluknya erat lalu berkata lembut padanya, saat itulah Zhio mau mendengarkanku.

Benar bahwa pepatah mengatakan apabila keras pada seseorang yang keras maka sulit untuk melunakkan hatinya. Namun apabila kita lunak pada hati yang keras maka pada akhirnya akan lunak juga. Zhio lah yang sebenarnya banyak mengajarkanku akan arti sabar. Zhio pula yang membuatku sadar bahea dibalik tangannya yang teramat ringan pada teman-temannya hatinya sungguh murni, selalu mengatakan apa adanya. Tak pernah berkata yang tidak sesuai dengan keadaannya. Walaupun terkadang Zhio malu mengungkapkannya, sabarlah kuncinya menghadapi anak seperti Zhio.

Tatkala aku memberinya tugas untuk meronce sedotan, awalnya Zhio enggan mengerjakannya. Namun setelah aku memberinya semangat bahwa yang tetcepat mengerjakannya akan mendapatkan sebuah bintang untuk ditempel di papan bintangnya. Tentu Zhio paling semangat mengerjakannya. Tahukah bahwa meronce itu adalah pekerjaan yang paling melatih kesabaran bagi anak. Bukan hanya bagi mereka, bagikupun sebagai gurunya sungguh melatih kesabaran. Bagaimana memasukkan benang woll pada lubang sedotan, sampai semua teman sekelasnya bersikeras untuk bisa memasukkan benang ke lubang sedotan yang telah dipotong kecil-kecil.

Dibalik itu semua, bukan hanya Zhio. Semuanya terpacu untuk memasukkan sedotan sebanyak-banyaknya dan tentu saja cepat. Karena sebuah bintang yang mereka inginkan. Padahal bagiku bintang itu hanya sebuah gambar bentuk bintang yang dibuat dari kertas berwarna kuning. Tak ada artinya. Namun lain bagi anak-anak. Sebuah penghargaan sekecil apapun dan bagaimanapun bentuknya tetaplah sungguh berarti

0 comments:

Post a Comment

 

Coretan Gigi Kucing Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea