Wednesday, April 23, 2014

Fracture ini, Karena Allah Sayang [Part 1]

Posted by Gigikucing at 5:27 AM
Tangan kiri gigikucing Patah >_<
Seperti biasanya hari selasa adalah jadwal mengajar les privat yang paling banyak yakni ketiga adik dengan rumah yang berbeda-beda. Ada yang di Cihanjuang rahayu, Cikutra, dan di Cijawura. Kebetulan hari selasa ini saya libur kuliah. Jadi saya bisa mengajar les full dari pukul 12.00 sampai pukul 21.00. Tiba-tiba Ua Lilis mengirimkan sms sekitar pukul 10.00, isinya Ua Lilis meminta tolong kepada saya untuk mengambilkan hasil rontgen nenek saya di RSUD Ujung Berung. Tanpa pikir panjang saya mengiyakan.


Setelah shalat dzuhur, saya baru berangkat ke rumah Ua Lilis. Setibanya disana saya mendapati Ua Lilis tengah terbaring di kamarnya. Segera saya bergegas menuju RSUD untuk mengambil asil rongen nenek. Mungkin sekitar 10 menit saya ada disana, di tangan saya telah dapat rontgen Sarah Sumanah, nenek saya. Tempat selanjutnya yang saya tuju adalah rumah nenek, untuk menyampaikan hasil rontgen.

Nenek duduk di kursi ruang tamu sambil makan telur rebus saat saya datang. Mengobrol sebentar, sekedar bertanya kabar nenek. Sempat nenek menawari saya makan terlebih dahulu, namun saya harus bergegas ke Cihanjuang rahayu, tempat mengajar les pertama saya tepatnya ke rumah putri dan ibnu.

Tiga puluh menit perjalanan saya lancar-lancar saja. Namun setelah turun jalan layang pasupati saya mulai mengantuk. Terlebih lagi saat masuk jalan setiabudi. Bahkan saya sempat oleng setelah melewati masjid Cipaganti. Saya melihat ke sekitar jalan ada tukang Es Cendol, sempat terpikir untuk singgah seberntar untuk membelinya, namun berhubung waktu sudah hampir pukul 14.00 saya harusnya sudah tiba di rumah putri. Akhirnya saya urungkan niat membeli es cendol itu.

Motor yang saya bawa terus melaju menyusuri jalan setiabudi, dengan agak terkantuk-kantuk. Hingga sampai di pertigaan geger kalong hilir saya belok dan saat itu mungkin saya benar-benar oleng. Mungkin juga mata ini tengah terpejam sempurna.

Akhirnya saya terhenti karena menabrak bagian belakang angkot. Jelas sekali seketika saya tersadar telah menabrak angkot warna hijau yang ada di depan saya. Seketika itu juga saya terjatuh ke tengah jalan.

“Astagfirullahaladzim… Astagfirullahaladzim… Astagfirullahaladzim…!”

Mulut ini terus melafalkan kalimat istigfar, mata ini masih terbuka melihat serpihan-serpihan spakboard motor saya berserakan. Dari arah berlawanan sebuah mobil kijang inova menabrak saya. Semuanya berlangsung sangat cepat. Warga sekitar membawa saya dan motor yang saya kendarai ke pinggir jalan. Badan saya lemas sempurna tak berdaya. Orang-orang mengerumuni saya. Pandangan mata ini menggelap, telinga ini mendenging, kepala pusing tiada tara.

“Teh, itu.. itu.. hidungnya berdarah” kata seorang gadis disamping saya.

Saya berusaha mengangkat kedua tangan namun tangan kiri saya benar-benar tak dapat digerakkan. Hanya tangan kanan yang dapat menyentuh hidung saya, dan benar darah segar itu mengalir dari bawah hidung saya. Ada yang berteriak untuk mengambilkan saya minum. Saat segelas air minum dengan sedotan itu disodorkan pada mulut saya, namun saya seolah-olah lupa caranya menyedot minuman saking lemasnya saya tak kuasa menyedot air minum itu.

Orang-orang disekitar saya tampak kebingungan, lalu seorang bapak-bapak menyarankan untuk membawa saya entah kemana. Sebuah angkot kuning yang kosong berhenti di depan saya, serentak orang-orang menggotong saya masuk kedalam angkot itu. kemudian membaringkan saya di kursi panjang dalam angkot. Sementara itu mulut saya masih saja beristigfar, semakin cepat dan lirih.

Tas yang saya gendong dijadikan bantal. Mulut ini terhenti melafalkan kalimat istigfar. Kemudian dengan sekuat tenaga saya bertanya.

“Ini mau kemana?” tanyaku dengan terbata-bata dan lirih.

“Mau ke rancabadak neng, RSHS” jawab seorang bapak yang membawa saya. Disebelahnya ada seorang pemuda yang menemani saya. Entah siapa mereka berdua saya tidak kenal.

“Ma mah.. ingin telpon mamah” ungkapku lagi masih dengan terbata-bata.

“Hp nya ada?” Tanya si pemuda itu.

“Ada disini” jawab saya sambil menunjukan tas selendang kecil warna abu-abu yang biasa saya bawa. Si pemuda itu mengambil HP saya, kemudian menyerahkan HP itu kepada saya.

“Ini tolong telpon mamah saya” ungkapku. Lantas saya tunjukan nomer kontak mamah. Saya menyerahkan kembali HP saya kepada pemuda itu.

Setelah pemuda itu menelpon mamah saya, HP diberikan lagi kepada saya. Alhamdulillah tangan kanan saya masih bisa digerakan untuk sekedar mengirim SMS member kabar kepada sodari, kepada bunda ibnu, kepada sahabat saya, dan kepada teman sekelas saya. Bunda ibnu langsung menelpon saya, saya pun menjawab telpon dengan suara masih terbata-bata. Begitupun sahabat saya yang langsung menelpon saya.

Setibanya di RSHS saya diturunkan dari angkot, berpindah ke kasur roda. Saya langsung dibawa ke ruang IGD. Disana saya menunggu, karena prosedurnya harus daftar dan membayar administrasi terlebih dahulu. Suster dan dokter yang ada di ruang IGD itu hanya menatap nanar terhadap saya. Disisi lain saya miris, bagaimana kalau pasien yang terluka parah dari saya dibiarkan seperti ini? Mungkin bisa-bisa keburu kehabisan darah bahkan sampai meninggal.

Pemuda yang membawa saya ternyata tidak membawa uang banyak, saya ingat di dompet saya ada uang 40ribu. Maka saya menunjukkan dompet saya yang berada di dalam tas. Ia pun menanyakan KTP saya, tentu ada disana. Barulah setelah membayar pendaftaran dan administrasi saya dibawa ke ruang bedah IGD. Disana perawat membersihkan luka di wajah, sedangkan dokter menanyakan apa yang sakit. Saya menjawab tangan kiri saya tidak bisa digerakkan. Kemudian dokter itu menggunting lengan baju saya untuk memeriksa tangan kiri saya.

Ia mendiagnosis lengan saya fracture (patah tulang). Ia menyarankan agar saya foto rontgen. Namun seperti biasa, tidak akan ditindak lanjuti jika belum melakukan pembayaran administrasi. Saya bingung, uang yang tersisa ada dalam kartu ATM saya. Untunglah saat itu ada kak deni dan kakak-kakak PAS lain yang datang di waktu yang tepat. Saya berkata pada kak deni.

“Tolong, bayarin buat foto rontgen di loket C” kata saya.

Kak deni langsung menuju loket C untuk melakukan pembayaran. sementara itu kak tezar dan kak cakra hanya menatap nanar ke arah saya. Tak beberapa lama kemudian mamah tiba. Pun sama hanya menatap iba kepada saya. Para perawat hendak memasangkan selang infuse kepada saya. Bapak pun datang dan berdiri disamping tempat saya berbaring. Setelah selang infuse terpasang, saya didorong menuju ruang radiologi IGD untuk foto rontgen.

*tulisan ini saya ketik dengan tangan kanan saja masih bersambung ke part 2 klik disini

0 comments:

Post a Comment

 

Coretan Gigi Kucing Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea