Pipinya berwarna merah
kala aku memanggil namanya. Gembil ditambah lesung pipit di kedua belah
pipinya. Matanya hitam bagaikan biji buah lengkeng. Poninyaselalu keluar
dibalik kerudung putihnya. Bocah berusia tiga tahun itu sangat menggemaskan.
Siapapun akan terpesona melihat tingkahnya. Jenaka. Dialah Salsa. Setiah hari
ahad aku bertemu dengannya disini,
Taman Ganesha.
Kala bertemu
dengannya, ia langsung memanggil namaku. Suaranya yang cempreng membuatku
langsung tahu kalau yang memanggil itu Salsa. Ada beribu Tanya Salsa kala
bertemu denganku. Bagaikan ribuan peluru yang melesat mengenaiku seketika.
“Kak Dimaaas…!”
panggil Salsa, kala bertemu denganku.
Kedua tangannya
terangkat siap siaga untuk segera memeluk tubuhku. Sejurus kemudian tangan
kiriku gesit menghalau kedua tangannya, sedangkan tangan kananku mengambil
tangan kanan Salsa dan meletakannya ke kening Salsa untuk sun tangan.
“Salsa,
Assalamu’alaikum,” Sapaku. Wajah salsa yang cerah seketika tampak murung,
mulutnya mungilnya cemberut.
“Lho, kok salamnya kak
Dimas tidak dijawab?” tanyaku lagi.
“Wa’alaikumsalam,”
jawab Salsa sambil nyebgir-nyengir, gigi kelincinya terlihat lucu.
“Kak Dimas, kan Salsa
kangen sama kak Dimas,” celoteh Salsa.
“Iya, sama Kak Dimas
juga kangen sama Salsa,” jawabku.
“Kalau gitu boleh yah Salsa peluk kak Dimas,”
celoteh Salsa lagi sambil memegang kedua tanganku, kepalanya menengadah
kearahku.
Aku duduk berlutut
sehingga sejajar dengan wajah Salsa.
“Salsa, Salsa tidak boleh
memeluk kak Dimas, karena kakak laki-laki sedangkan Salsa perempuan,” jelasku.
Kemudian Salsa mengerutkan keningnya. Ia nampak seperti sedang berpikir keras
mencerna penjelasanku.
“Tapi kan Salsa kangen
Kak Dimas. Salsa boleh peluk mamah dan papah Salsa. Kok peluk kak Dimas gak
boleh?” Keluh Salsa.
“Karena mereka
keluarga Salsa, sedangkan Kak Dimas bukan,” jelasku sambil tersenyum simpul.
Salsa pun mengajakku berlari mengitari Taman Ganesha, aku mengejarnya dari
belakang.
Saat aku berlari
mengejar Salsa, tak ada yang aku perhatikan selain Salsa. Mataku hanya tertuju
pada bocah berusia tiga tahun itu. Salsa.
Ia terus berlari,
sesekali menoleh kearahku memastikan bahwa aku masih mengejarnya. Lama sekali
Salsa menatapku, tanpa ia sadari telah menginjak semak-semak berduri. Rok yang
Salsa kenakan tersangkut di semak-semak itu seketika salsa terjatuh.
0 comments:
Post a Comment