Sunday, March 25, 2012

Kalau Pacaran...

Posted by Gigikucing at 7:23 PM

Oleh: Neisa Andriana*
Subuh yang sunyi. Si Tengah di rumah sepupunya, Si Bungsu saya biarkan lelap –semakin nyenyak bila tidur di kamar mamanya–, Sang Ayah sedang di luar kota. Setumpuk buku dan kertas berserakan di meja makan. Saya masih berkutat dengan artikel yang harus saya selesaikan, ketika Si Sulung datang dan duduk berhadapan dengan saya.
“Mama, jelaskan pada saya, kenapa tidak boleh pacaran.”
Saya menatapnya dalam-dalam.
Sosok mungilnya menjelma di kepala. Saat di koenSaginuma, mengejar shabondama, merpati, atau saat matanya berbinar-binar ketika menjatuhkan remah-remah roti untuk ikan-ikan mas di danau dekat kampus Ayahnya. Kini ia sudah bukan lagi anak perempuan kecil yang dikomentari gadis-gadis Jepang: laksana boneka. Ia sudah jadi gadis yang siap mekar jadi bunga, yang (semoga) bisa menyebarkan keharuman dan keceriaan di sekitarnya.
“Sederhana saja, karena Allah melarang,” kata saya santai. Ia diam tak bereaksi. “Karena Allah-lah yang lebih tahu tentang apa yang terbaik bagi manusia. Lebih tahu daripada kita sendiri. Apa-apa yang Ia perintahkan maka itu pasti baik bagi kita, dan apa-apa yang Ia larang, maka itu pasti tidak baik untuk kita.”
Mendadak, ia tersenyum lebar sekali. Tapi tak berkata-kata.
“Kenapa?” tanya saya. Si Sulung tetap diam dengan senyum lebarnya. “Ingin jawaban lain?”
“Nggak.”
“Loh, kok cepat begitu menyerah?” giliran saya yang tersenyum lebar, disertai tawa.
“Ginih loh Mah. Kemarin itu di sekolah, ada kakak kelas, cowok, nanyain apa saya suka dia. Terus saya bilang, ya suka. Dia nanya lagi, masak sih… Demi apa… Saya jawab, ya Demi Allah. Kan saya suka Kak A, B, C, D, E…,” Si Sulung menyebutkan banyak sekali nama, baik laki-laki maupun perempuan. “Kata Mama, saya mesti suka sama semua orang, karena semua orang itu hakikatnya baik.”
“Terus?”
“Eeeh… Kakak itu malah ketawa ngangguk-ngangguk, katanya saya lucu, lucu banget…”
Saya ikut tersenyum mendengar cerita Si Sulung. Yah, kenapa sih suka sama orang itu selalu mesti diartikan sesuatu yang bernuansa romantis antar lawan jenis? Bukankah kita diperintahkan untuk mengasihi sesama manusia? Apa sih yang istimewa dari yang namanya pacaran dibanding rasa kasih sayang secara umum pada sesama manusia?
“Asyik kan kalau kita sayang semua orang. Gak usah pilih-pilih? Emang apa sih enaknya pacaran itu…?” tanya saya retorik.
Si Sulung hanya diam.
“Yaaah… mungkin yah… Pacaran itu asyik awalnya. Doki-doki suru, bahagia…, tapi setelahnya apa, gitu loh…? Mau ngapain? Nikah? Belum waktunya juga kan? Coba lihat ABG-ABG yang pacaran, apa coba hasilnya… Paling putus, cari pacar baru, putus lagi, cari lagi… Capek hati. Kayak lagu-lagu lebay yang sekarang banyak diputar di mana-mana, tentang janji seseorang mencintai seseorang selamanya. Lebay banget. Berapa banyak orang yang pacaran dulu, terus nikah, tapi toh akhirnya berpisah juga. Ada juga yang gak pacaran dulu, nikah, tapi bisa langgeng… Orang itu kalau serius, nikah aja. Gak usah pacaran. Berani bertanggung jawab. Toh perasaan itu memang akan berubah terus kok. Hari ini suka, besok-besok jadi benci.”
“Kalau nikah, Ma… perasaannya juga berubah?”
“Ya, nikah juga begitu.”
“Ih, serem… Terus, gimana dong kalau udah nikah terus gak suka lagi?”
“Karenanya mesti ada yang lebih besar dari persoalan perasaan lebay-lebay-an itu. Yakni perasaan ingin beribadah kepada Allah. Perasaan suka yang bukan sekedar karena tampilan fisik atau keren-kerenan apaa gitu. Suka karena dia memang baik. Baik akhlaknya, baik hatinya, baik pada Tuhan-nya, baik imannya.”
“Ooooh…” Si Sulung menganggukkan kepala.
“Tahu gak sayang, laki-laki itu, kalau untuk main-main, dia akan cari wanita yang cantik. Yang enak dipandang. Tapi coba perhatikan, betapa banyak wanita yang cantik dilihat, dipermainkan laki-laki. Kalau laki-laki itu niatnya mau serius, mau bertanggung jawab, mencari teman hidup untuk di-setia-in, dia akan cari wanita yang baik hatinya, baik pikirannya, baik akhlaknya. Hati, pikiran dan akhlak itulah yang bisa melanggengkan hubungan antara keduanya.”
“Iya Ma… aku juga gak liat orang dari fisiknya kok. Tapi dari hatinya.”
“Baguslah. Tahu gak sayang, waktu Mama masih SMP dulu, teman-teman cowok Mama sampai ada yang kalah-kalahan, berapa orang cewek sudah yang mereka cium.”
“Hiy.”
“Iyah, beneran. Padahal mereka itu teman Mama yang biasa-biasa saja, nggak bandel-bandel amat. Jadi, anak-anak SMP, atau SMA, tuh kalau yang namanya pacaran, sebenarnya buat main-mainin cewek aja. Iih… emangnya cewek mainan. Sayangnya, ada juga cewek yang senang banget dijadiin mainan.”
“Iya Ma! Bener! Kadang-kadang mereka sampai taruhan, siapa yang bisa dapetin siapaaa gitu, dapat seratus ribu.”
“Ih, enak ajah. Rugi amat tuh kalau ada cewek yang mau dijadiin bahan taruhan.”
Si Sulung mengangguk, sambil matanya menerawang.
“Aku gak mau pacaran. Nikah ajah ntar.”
“Amin…”
“Aku pengen dapat suami kayak Bapak.”
“Minimal kayak Bapak…, okey?” kata saya sambil mengedipkan mata.
“Iih… susah banget tuh nemu. Yang kayak Bapak aja kayaknya langka banget deh… Kayaknya sekarang laki-laki pada gak bener…”
“Hehehe… insya Allah banyak kooook… Kalau kita pengen dapat jodoh orang baik, ya yang paling pertama kita harus memperbaiki diri kita sendiri. Insya Allah, Allah akan mempertemukan kita dengan orang baik. Jadilah muslimah yang jauh lebih baik dari Mama, semoga berjodoh dengan muslim yang juga lebih baik dari Bapak.”
“Kalau gak ketemu?”
“Jangan ber-’kalau-kalau’, kata Nabi. Ntar susah sendiri. Kenapa dibahas yang nggak atau belum terjadi, kan?”
Si Sulung tersenyum lebar.

*Seorang ibu rumah tangga dengan hobi menulis, diambil dari web pribadinya http://www.closertojapan.com/


0 comments:

Post a Comment

 

Coretan Gigi Kucing Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea