Tuesday, October 11, 2011

Pahlawanku

Posted by Gigikucing at 4:07 AM
“Mama akan memberikanmu uang kalau kamu mau merubah sikapmu,” tegas mama yang sejak tadi masih duduk tenang di kursi ruang tamu.
“Mah sekarang ini daftar terakhir, mana uangnya maah 40.000,” rengek Daisy dari arah kamarnya yang tepat bersebelahan dengan ruang tamu.
“Rubah dulu sikapmu. Mama telah bangunkan kamu sejak tadi subuh. Lalu apa yang kamu lakukan? Kamu santai, terlalu santai!” sekali lagi tegas mama.

“Maah tapi kan sekarang hari pendaftaran terakhir,” rengek daisy dengan tersendu-sendu menarik ingusnya yang terus mendesak keluar.
“Oke mama kasih uang asal nanti kamu tidak mengikuti kegiatan pramuka lagi.”
“Ta, tapi kan itu kegiatan yang paling sering aku ikuti.” Jawab daisy dengan tangisnya yang semakin menjadi.
“Coba kalau kamu nurut sama mama, saat di bangunkan segera mandi, shalat, makan. Lantas apa yang kamu lakukan? Dengan santianya saat bangun kamu malah sibuk main Hapemu. Tadi malam saja kan kamu tidak shalat Isya kan? Yang mama ingin itu kamu giat saat berangkat ke sekolah, taat beribadah, shalat jangan pernah dilewat. Lha ini apa? Yang giat darimu apa? Mungkin saat meminta jajan dan saat di ajak teman-temanmu untuk bermain saja kau sangat giat. Ya sudah kalau kamu masih santai juga mama akan memberimu uang jajan yang santai juga! Sudah jelas kan kalau untuk membantu-bantu mama beres-beres rumah itu tidak pernah bisa.”
“Y, ya sudah kak aku minjam uang kakak saja 25.000. sisanya pake uangku,” daisy mendekati kakaknya yang sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah di depan laptopnya.
Dewi yang tengah sibuknya berhenti mengetik tugasnya. Seraya berkata.
“Mah, kasih jangan? Ada sih uang tapi kan uang itu buat foto kelasku nanti” jawab dewi dengan kepalanya menengok ke arah mamanya.
“Gak usah dikasih, uangmu kumpulkan saja untuk buka rekening baru di ATM. Bukankah sebulan lagi Tia, sepupumu menikah? Kumpulkan saja uangmu untuk membeli kado pernikahannya,” jawab mama.
“Oke, jadi maaf ya de. Kakak ga bisa bantu. Kakak nurut saja dengan sarannya mama.”
“Ya sudahlah ini mah gak jadi ikutan kempingnya,” jawab daisy dengan pasrah.
“Sekarang sudah jam setengah tujuh lebih saja, kamu masih sibuk dengan kerudung segitigamu. Kapankah kamu mau merubah sikapmu yang terlalu nyantai itu? lagian acara kemping itu tidak diwajbkan.”
“Baik baik! Biarlah daisy tidak usah ikut acara kemping itu,” masih dengan tersendu-sendu.
Pada akhirnya mama meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Tak beberapa lama kemudian ia kembali duduk di ruang tamu sambil mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya.
“Baiklah mama akan memberimu uang. Asalkan kamu merubah sikapmu, kalau sikapmu masih saja seperti itu jangan harap dapat uang lagi dari mama. Minta saja kepada ayahmu yang jarang memberi mama uang.”
Daisy sejenak terdiam. Di pikirannya yang telah pasrah itu sangat tidak menyangka ternyata mamanya masih mau memberinya uang itu. Ia menyodorkan kertas pernyataan izin orangtua untuk segera di tanda tangan mamanya.
“Tanda tangan saja olehmu sendiri,” jawab mama sambil memisahkan uang-uang untuk daisy, untuk bekal kuliah Dewi, dan untuk uang belanja.
Daisy menuju keluar rumah, sambil membawa surat perizinan beserta pulpen yang dipinjam dari kakaknya. Mengejar ayahnya yang hendak pergi mencari nafkah, dengan motor 4taknya. Ia telah meghapus air mata yang sejak tadi mengalir di pipinya.
Jari-jari Dewi berhenti menari-nari diatas keyboard laptopnya. Ia berpikir betapa sayangnya mama terhadap anak-anaknya. Walaupun sempat terjadi pecah gelas dengan adiknya. Tetapi pada akhirnya mama tetap memberi uang untuk anaknya itu. akankah Daisy mengerti dan merubah sikapnya itu? ia masih bertanya-tanya dan teringat ketika ia masih berumur sama dengan adiknya itu. kelas 2 SMP.
Saat Dewi kelas 2 SMP, adiknya masih duduk di kelas 4 SD. Terpaut empat tahun dengannya. Namun dulu Dewi tak separah Daisy. Karena ketika SMPnya Dewi jarang mengikuti kegiatan-kegiatan kepramukaan seperti adiknya itu. Adapun kegiatan Ekstrakulikuler (Ekskul) yang Dewi ikuti seperti Ekskul Kesenian. Selaras dengan hobinya akan dunia Seni ia mengasah bakatnya disana.
Seni lukis, seni tari, sampai seni olah vokal adalah hal yang sangat disenangi Dewi. Justru ia tidak senang dengan kegiatan-kegiatan seperti kepramukaan, baris berbaris, dan semacam itu. Berbeda dengan Daisy yang sanagt kinestetis. Sehingga membuat ia memiliki jiwa petualang seperti yang ada di kegiatan-kegiatan kepramukaan. Setiap semester ia rutin melakukan kegiatan kemping.
Kegiatan kepramukaan memang sangat bagus, Daisy berjiwa patriotisme. Namun ia harus menerapkan jiwa kepramukaannya itu. salah satunya adalah disiplin.
“Mah, kenapa mama malah ngasih uang ke de’Daisy? Kan nantinya malah jadi kebiasaan, nanti gimana kalau dia seperti itu lagi?” tanya Dewi memecah lamunannya.
“Yaa walau bagaimanapun mama tidak sampai hati jika terus membiarkan dia seperti itu. pokoknya kalau dia masih nyantai saja mama juga tak akan tinggal diam. Mungkin Handphone-nya mama sita,” tukas mama.
Dewi hanya tersenyum mendengar ketegasan mamanya itu.
Betapa sayannya mama kepasa anak-anaknya. Termasuk aku. Mungkin karena aku tidak se-nakal Daisy. Walau bagaimanapun kami anaknya mama yang paaling di sayang. Lantas apa yang telah aku berikan kepada mama? Sungguh jasa-jasanya tak pernah terbalaskan. Mama pahlawanku!

0 comments:

Post a Comment

 

Coretan Gigi Kucing Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea