Thursday, April 24, 2014

Fracture ini, Karena Allah Sayang [Part 2]

Posted by Gigikucing at 3:52 AM
Hasil Rontgen tangan kiri gigikucing di RSHS
Saya tak melihat kak deni, ka tezar, kak cakra, dan dua orang pemuda yang telah menolong saya lagi. Entah kemana mereka, mungkin dua orang yang telah menyelamatkan saya telah pulang. Mungkin juga kak deni dan kaka lainnya membawa motor saya di tempat saya kecelakaan, di jalan geger kalong hilir.

Ya Allah, betapa sayangnya Engkau kepada hambamu ini. Saat saya seperti ini pun, Engkau yang Maha menggerakkan hati, banyak yang menolong saya. Entah bagaimana saya membalas semua kebaikan orang-orang di sekitar saya. Semoga Allah membalas dengan balasan yang paling baik. Aamiin..
Sambil menunggu masuk ke ruang radiologi untuk foto rontgen, dua sodari saya datang. Pun sama hanya menatap iba kepada saya. Perih di wajah ini sudah terbiasa tatkala bening di mata yang terus mengalir tiada henti. Saya merenung, mungkin semua ini terjadi karena kesalahan saya.

“Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)” QS. Asy-Syura: 30

Tiba-tiba saya teringat, seminggu lalu saya pernah membentak mamah saya. Walaupun sudah cair kembali
 karena akhirnya saya mengaku salah dengan memberikan sebuah jilbab. Terharu juga karena saat mamah datang kesini mengenakan jilbab yang saya berikan dua hari yang lalu. Walaupun belum terlontar kata maaf dari mulut saya. Sambil menunggu tiba giliran foto rontgen, saya berusaha memanggil mamah.

“Ma maah.. ma maah.. maafkeun tetehnya mun aya salah,” (mamah, maafkan kakak yah kalau ada salah) ungkap saya dengan lirih. Kemudian mamah mendekatkan wajahnya kepadaku sambil berbisik.

“Muhun, maafkeun mamah oge nya,” (iya maafkan mamah juga yah) bisik mamah di dekat telinga saya.
Ada bening di mata yang mengalir, melewati memar di pelipis mata. Kemudian wajah ini beralih ke samping kiri. Disana ada bapak saya yang tengah berdiri entah sedang melihat apa, saya berusaha memanggil bapak.

“Paak, bapaak.. maafkeun tetehnya mun aya salah,” (Bapak, maafkan kakak yah kalau ada salah) ungkap saya lirih. Kemudian bapak mengelus kepalaku sambil berkata.

“Enya, maafkeun bapak oge” (Iya maafkan bapak juga) jawab bapak saya.

Setelah itu tibalah giliran saya untuk masuk kedalam ruang radiologi untuk foto rontgen. Awalnya bapak saya yang menemani saya masuk, namun kata dokternya sebaiknya mamah saya saja yang menemani. Karena saat foto rontgen baju saya harus dibuka. Mamah yang membantu melepas baju kemeja saya. Agak sulit juga karena tangan kanan saya ada selang infuse.

Ternyata yang difoto bukan hanya tangan. Lagi-lagi sesuai prosedur rumah sakit, jika terjadi kecelakaan di jalan raya maka semua bagian harus di foto. Pertama yang difoto adalah tulang rusuk saya, kemudian tangan, panggul, dan yang terakhir leher saya. Allahurabbi, tak mau lagi masuk ruangan radiologi itu. Cukup ini yang kedua kalinya dan terakhir kalinya.

Setelah foto rontgen, kasur beroda saya didorong ke ruangan, namun tak ada ruang bertirai di IGD ini yang kosog, akhirnya saya diam di luar ruangan. Tak lama setelah itu datanglah A’Rafi, saudara saya. Disusul oleh bunda ibnu. Mereka mempertanyakan keadaan saya dan kronologis kecelakaan. Kakak PAS pun berdatangan, ada kak ifan, kak dinur, dan kak deni lagi.

Saya kira tidak ada lagi yang datang, ternyata masih ada yang lainnya. Ada kak uni, kak tiey, kak nabil, kak tristi. Saat ka tristi datang, entah apa yang dirasakannya, melihat keadaan saya yang terbaring di kasur beroda ini membuat bening di mata. Mengundang bening di mata saya juga untuk mendesak keluar.

Kenapa? Ada yang anehkah dengan wajah saya ini? Ah iya saya belum lihat bagaimana bentuk wajah saya saat ini. Yang jelas begitu terasa sakit di sekitar mata, hidung dan mulut. Saat air mata melewati pelipis mata begitu terasa perih.

Setelah ka tristi, datanglah mpus kemudian teh tyas. Setelah itu ada ruangan bertirai yang kosong, maka saya dipindah ke ruang itu. Tirai ditutupkan, ini kesempatan saya untuk memakai baju. Lengan baju dimasukkan melalui selang infuse. Akhirnya saya pakai baju, setelah menunggu di luar hanya ditutupi selimut.

Ua Lilis pun datang bersama Ua Cucu. Mereka membawa mobil untuk menjemput saya pulang. Namun saya tidak langsung bisa pulang karena harus menunggu hasil rontgen. Sebenarnya hasil rontgen digitalnya sudah keluar, namun klise foto rontgen nya belum dicetak.

Oh ya ada yang terlewat, bagaimana saya shalat? Tadi sebelum masuk ruang bertirai ini saya shalat ashar sambil tidur, thoharohnya pun dengan tayamum saja. Lantas bagaimana dengan makan? Tentu mamah lebih pengertian soal ini. Mamah telah membeli minum dan roti untuk makanan saya. Mamah pula yang menyuapi saya sambil saya berbaring.

Setelah itu ternyata masih banyak kakak PAS yang menunggu di luar. Bergiliran masuk ke ruang IGD ini satu orang-satu orang. Ada kak Aufa, kak nurman, kak deri, kak aldi, kak nisa, kak de, kak nui, kak abel, kak sisit, kak hadi, kak rudi, kak dodi, kak aya, kak mardha, kak rendy, kak rizqi, kak yunan, kak qf, kak abdul, kak upin, kak rivan, kak amat, kak siru, dan kak fathur (katanya datang hanya diam di luar ruang IGD). Ya mungkin segitu kakak yang saya ingat datan satu persatu menengok saya.

Duuh malu, serasa aquarium,he he. Banyak kakak PAS yang datang, bener-bener terharu~ padahal saya hanya memberitahu ke satu orang kakak PAS saja. Ternyata yang datang satu RT! Waa maluuu >_<

Tak terasa waktu terus bergulir, menunjukkan pukul 20.00 WIB. Sesuai dugaan dokter, ternyata tangan kiri saya patah atau bahasa kerennya itu fracture. Dokter menawarkan dua pilihan. Pilihan pertama saya harus di operasi, nantinya saya di bius terus menjalani operasi, tangan saya dibuka terus dipasang venn. Venn itu semacam penyangga agar tulangnya tegak. Pilihan kedua tangan saya di gips pake semen. Hiyy dua-duanya serem.

Kedua orangtua saya berunding. Akhirnya mereka menolak kedua pilihan itu dan lebih memilih untuk mambawa saya pulang. Biarlah nanti saya dibawa ke begkel tulang. Lantas kapan saya pulang? Ternyata tidak semudah itu saya pulang. Karena kedua orangtua saya menolak untuk operasi maka pihak rumah sakit menawarkan surat yang harus ditandatangani diatas materai Rp. 6000. Isi surat itu adalah penolakan pihak keluarga saya untuk melakukan operasi.

Barulah sekitar pukul 21.00 saya bisa keluar dari ruang IGD. Saya masih duduk di kasur beroda itu. Apakah saya bisa berjalan? Entahlah, saat dicoba dengan sekuat tenaga yang tersisa Alhamdulillah saya bisa berjalan dengan dipapah oleh Ua dan mamah.


Yupp tangan kanan saya sudah pegel nih. Terimakasih sudah membaca sampai akhir. :D Selanjutnya, part 3 isinya tentang proses penyembuhan saya di rumah. part 3 klik disini
kalau belum baca part 1 nya klik disini

0 comments:

Post a Comment

 

Coretan Gigi Kucing Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea