Waktu terus
berjalan. Sidetik-demi-detik bergulir tiada henti. Teriring bumi yang tanpa
lelah mengitari sang raja siang. Terus berjalan, jalanku masih panjang untuk
menggapai mimpi-mimpi-aku. Sejak kecil aku punya mimpi, namun selalu mimpi itu berubah-ubah.
menggapai mimpi-mimpi-aku. Sejak kecil aku punya mimpi, namun selalu mimpi itu berubah-ubah.
Seiring umurku
yang terus berubah. Saat itu umurku masih genap empat tahun. Mimpi aku adalah
menjadi seorang dokter. Entahlah siapa yang mendoktrinku sehingga aku ingin
menjadi dokter. Beranjak usiaku saat duduk di bangku kelas empat SD aku punya
mimpi lain.
Saat itu
aku baru punya kesenangan baru dalam menggambar. Awalnya aku hanya meniru, dan
ternyata gambar tiruanku itu mirip dengan gambar aslinya. Masih ingat gambar
pertamaku adalah gambar Pikachu. Kamu tahu Pikachu? Tokoh kartun di film anime
Pokemon. Selain itu mamaku rajin menjahit baju. Jadi mimpiku saat itu adalah
menjadi seorang desainer. Mendesain baju, kemudian mama akan menjahitkan baju
sesuai dengan gambar desain yang aku buat.
Beranjak lagi
ke masa-masa putih-biru. Saat itu aku duduk di kelas dua SMP. Pelajaran yang
paling aku suka adalah seni rupa. Betapa tidak? Aku senang menggambar dan saat itu
mimpiku berubah lagi. Seni Rupa aku belajar menggambar prespektif. Senang sekali
karena gambarku selalu menjadi gambar terbaik di kelasku. Oleh karena itu
mimpiku saat itu juga berubah menjadi seorang arsitek.
Bahkan setelah
lulus SMP aku ingin melanjutkan ke SMK kejuruan jurusan Seni Rupa, namun orang
tua tidak mendukung. Sehingga pada akhirnya aku terjerumus di SMK Kejuruan
Kimia. Berubahlah mimpi aku lagi. Gara-gara Kimia, mimpi aku berubah lagi
menjadi seorang analis kimia.
Ah mimpi
kenapa selalu berubah-ubah? Tak apalah, mimpi itu gratis kan? Jadi kita bebas berekspresi. Setelah lulus SMK lalu kemana? Tentu aku ingin melanjutkan ke
jurusan Kimia lagi. Namun saat itu Allah punya rencana lain. Setelah mengikuti
tes Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, aku tidak lolos. Sedih? Tidak
juga, yang buatku sedih adalah ketika teman-temanku telah mendapatkan pekerjaan
di bidang analis sedangkan aku belum.
Karena itulah
justru rencana Allah memang selalu indah. Aku dikenalkan dengan suatu
lingkungan baik yang menyadarkanku tentang mimpi. Teguh mimpi aku kini
karenanya. Masjid Salman ITB. Aku tahu kini, ternyata mimpi adalah apa yang
sesuai dengan passionku. Karenanya jika suatu saat aku telah bekerja, jika
sesuai dengan passionku maka aku akan berkerja dengan sepenuh hati.
Jadi passionku
adalah menulis dan mengajar. Karena lingkungan itulah aku kini tau mimpi aku,
mengenal mimpi aku. Mengajar, menjadi seorang guru bagi anak-anak, generasi
penerus bangsa ini. Berbagi ilmu yang telah aku dapatkan sejak aku TK hingga
kini aku telah kuliah. Alam ini seakan-akan memanggil diriku untuk mengajarkan
mereka, anak-anak di pelosok negeri. Indonesia Mengajar. Setelah aku mengabdi setahun mengajar dalam negeriku aku juga ingin menyadarkan bahwasannya Indonesia itu negara maritim!
Sebuah Pelayaran selama duapuluh empat hari di Indonesia bagian tengah, Nusa Tenggara Timur. Menetaskan sebuah mimpi baruku dalam dunia mengajar. Karena Sail Komodo 2013. Aku punya mimpi baru. Hey para generasi penerus bangsa, inilah wajah kita, wajah Indonesia. Terangkailah sebuah mimpi, untuk mendirikan sebuah sekolah diatas kapal laut bernama “TK Pelayaran”. Kenapa TK? Itulah masa-masa golden age untuk menanamkan nilai-nilai kemaritiman Indonesia kepada para generasi penerus bangsa.
Sebuah Pelayaran selama duapuluh empat hari di Indonesia bagian tengah, Nusa Tenggara Timur. Menetaskan sebuah mimpi baruku dalam dunia mengajar. Karena Sail Komodo 2013. Aku punya mimpi baru. Hey para generasi penerus bangsa, inilah wajah kita, wajah Indonesia. Terangkailah sebuah mimpi, untuk mendirikan sebuah sekolah diatas kapal laut bernama “TK Pelayaran”. Kenapa TK? Itulah masa-masa golden age untuk menanamkan nilai-nilai kemaritiman Indonesia kepada para generasi penerus bangsa.
Masih ada
mimpiku. Sesuai dengan jurusanku kini “Public Relation” aku punya mimpi baru. Saat
ini mimpi itu sedang dirintis, dan sudah berjalan. Memiliki sebuah event
organizer petualangan anak-anak. “Kasanova Kidzadventure”. Sebuah EO yang baru
dirintis, peranku sebagai humas di EO ini pun masih belajar. Suatu saat nanti
EO ini akan menjadi besar.
Ada lagi
mimpiku, masih terkait petualangan. Aku senang mendaki gunung, karena dengan
itu aku sadar bahwa aku ini kecil, sedangkan Allah telah menciptakan luasnya
alam ini. Besarnya keagungan Allah. Selalu mentadaburi alam ini tatkala aku
mendaki gunung. Aku namakan mimpi ini “Ekspedisi Edelweis”. Kamu tau Edelweis? Sebuah
bunga yang hanya ada di ketinggian diatas 1500 mdpl. Sebuah bunga abadi yang
tidak akan pernah layu. Seperti mimpiku kini, tidak akan pernah layu.
Lantas bagaimana
dengan menulis? Tentu aku akan menuliskan kisah-kisah penuh hikmah selama aku
mengajar, selama aku berpetualang, selama aku masih ada di dunia fana ini. Karena
menulis, karya kita akan tetap ada walaupun kita telah tiada di dunia ini. Karena
sejarah dimulai dari aksara, menulis.
Mimpi-mimpi
diatas aku rasa hanya tetang dunia saja. Aku juga punya mimpi untuk bekalku di
Akhirat kelak. Yakni membuat “rumah seribu malaikat”. Apa sih itu? Jadi aku mau
menjadikan rumahku penuh dengan anak-anak yang telah kehilangan orangtuanya. Maka
aku mau merawat anak-anak itu, menyekolahkannya sehingga bisa menjadi generasi
yang cinta Illahi. Generasi yang terpaut hatinya dalam islam dan memiliki
mimpi-mimpi yang tinggi.
Selain itu,
aku sebagai orang muslim tentunya sama seperti muslim-muslim lainnya ingin
menggenapkan rukun islam. Menunaikan ibadah haji. Aku mau pergi haji dengan
orang-orang tersayang aku, mama, bapa, adik-adikku, dan suamiku kelak.
Lalu kapan
semua itu akan tercapai? Hanya Allah yang tahu. Aku hanya bermimpi, karena rencana
Allah tentu lebih indah dari apa yang kita bayangkan.
0 comments:
Post a Comment