Drrtt..drrtt..drrtt..drrtt..
Handphone ku terus bergetar, kukira itu ada
SMS masuk, ternyata si HP terus bergetar. Artinya apa? Yaa jelas ada telepon
masuk. Padahal saat itu aku sedang berada di ruangan kelas, dosen B.Indonesia
sedang menjelaskan slide materi di depan kelas. Aku melihat panggilan masuk itu
berasal dari Wa’Mala. Sepertinya ada hal penting. Aku mengangkat telepon itu sambil
menundukkan badan ke samping kanan.
Saat
itu aku duduk di banku paling depan dan paling pojok. Sepertinya ibu dosen
cantik itu menyadari aku sedang mengangkat telepon. Entah kenapa telepon itu
tiba-tiba mati, padahal tidak aku matikan. Lantas aku bertanya lewat SMS.
Aya naon
wa? Punten adel ker di kampus .
Tak lama kemudian sepupuku itu membalas SMSku.
Henteu
aya nanaon engke saur enin mondok ka ten enin.
Lantas pikiranku tertuju kepada enin, nenekku.
Baiklah, pokoknya hari ini aku pulang bareng A’Akim, saudaraku yang sekelas
denganku. Kebetulan juga ongkosku memang sudah habis, ya karena hari ini pergi
ke Salman, melepas rinduku dengan Masjid Salman itu.
Tak beberapa lama setelah itu HP-ku bergetar
lagi, bukaan bukan karena ada SMS atau Telepon masuk, tapi memang HP-ku sudah
saatnya mati. Batrenya habis harus di cas. Sepulang kuliah aku mengajak A’Akim
untuk pulang bareng dengan motor Honda Vario hitamnya. Si aa setuju. Namun
sebenarnya aku masih bingung, bagaimana dengan Hpku yang mati? Lalu bagaimana
dengan Sarah? Biasanya kan aku jalan kaki bareng dia.
Ahh sudahlah, masalah selesai. Pokoknya aku
kangen sama enin. Semenjak masuk kuliah aku memang jarang lagi mondok di rumah
enin. Tidak seperti waktu SD, karena SDku dekat dengan rumah enin jadi hampir
tiap minggu aku mondok di rumah enin. Bahkan kalau bulan Ramadhan tiba aku
selalu mondok disana sampai Lebaran tiba. Semakin aku beranjak dewasalah jarang
ke rumah enin.
Sesampainya di rumah enin aku langsung salim
ke enin, ke Wa’Iyus, ke Wa’Mala, ade Puti, dan mencubit pipi ade Vina yang ada
di pangkuan Wa’Mala. Aku langsung duduk di samping enin. Alhamdulillah kangenku
terbalaskan. Bercengkrama di ruang keluarga bersama ditemani siaran kartun TV.
Sampai terdengarlah suara adzan yang memecahkan suasana kehangatan itu. Wa’Iyus
mengambil wudhu lalu pergi ke masjid. Aku sambil menunggu mengganti bajuku
dengan baju tidur yang ada.
0 comments:
Post a Comment